WELCOME TO THE RAY BLOG ZONE,,
Peaceeeeee
For You ALL..
"God Bless You"
For You ALL..
"God Bless You"
Kamis, 06 November 2008
BADAI
Badai Katrina
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Hurikan Katrina Kategori 5 Hurikan (SSHS)
Hurikan Katrina di dekat pusat hurikan pada 28 Agustus 2005
--------------------------------------------------------------------------------
Terbentuk 23 Agustus 2005
Menghilang 31 Agustus 2005
Angin
tertinggi 175 mpj (280 km/jam) (1 menit diteruskan)
Tekanan terendah 902 mbar (hPa; 26.65 inHg)
Tewas 1,836 total
Kerusakan $81.2 billion (2005 Dollar AS)
$86 billion (2007 Dollar AS)
(Garis Pantai Hurikan Atlantik dalam sejarah)
Wilayah
yang terpengaruh Bahamas, Florida Selatan, Kuba, Louisiana (khususnya Greater New Orleans), Mississippi, Alabama, Florida Panhandle, paling timur Ameria Utara
Bagian dari
Musim Hurikan Atlantik 2005
Badai Katrina (juga Topan Katrina atau Hurikan Katrina) adalah sebuah siklon tropis besar yang melanda wilayah tenggara Amerika Serikat pada 24–31 Agustus 2005 dan menyebabkan kerusakan yang besar. Lebih dari 200.000 km² (seukuran Britania Raya) wilayah tenggara AS terpengaruh badai ini, termasuk Louisiana, Mississippi, Alabama, Florida, dan Georgia.
[sunting] Kronologi
Awalnya terbentuk pada 24 Agustus 2005, Katrina mempunyai tekanan pusat minimum sebesar 918 mb, sehingga merupakan sistem bertekanan tertinggi ketiga dalam sejarah Amerika Serikat. Kerusakan yang diakibatkannya—hingga kini terhitung dapat mencapai US$200 miliar—diperkirakan menjadikannya badai Atlantik termahal dalam sejarah AS. Hurikan ini menyebabkan mati listrik yang mempengaruhi sekitar 1 juta jiwa di Louisiana, Mississippi and Alabama, dan banjir besar di wilayah New Orleans. Hingga 3 September, diperkirakan setidaknya 1289 orang telah meninggal dunia; 1029 orang secara langsung dan 260 lainnya secara tidak langsung. Jumlah ini diyakini akan terus meningkat.
[sunting] Efek bencana alam
Pemandangan kota New Orleans pada 31 Agustus 2005.Akibat bencana ini, terjadi penjarahan dan penodongan di berbagai tempat. Sekitar 25.000–60.000 warga New Orleans awalnya dievakuasi ke stadion Superdome. Saat mereka sedang dipindahkan dari Superdome ke Astrodome di Houston, Texas karena keadaan di Superdome yang sudah tidak layak ditinggali lagi, helikopter yang direncanakan membawa para warga untuk evakuasi sempat ditembaki orang-orang tak dikenal. Pemerintah Federal Amerika Serikat akhirnya mengerahkan 25.000 prajurit dan para veteran dari Irak untuk menjaga keamanan di New Orleans dan sekitarnya.
Selain itu, produksi minyak mentah AS di Teluk Meksiko juga hampir terhenti seluruhnya, sehingga harga minyak sempat mencapai rekor tertinggi pada US$70. Secara tidak langsung, mata uang Indonesia, rupiah, yang sedang berada dalam posisi lemah saat itu, juga sempat makin terpuruk akibat naiknya harga minyak ini.
Dalam meteorologi, siklon tropis (atau hurikan, angin puyuh, badai tropis, taifun, atau angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya) adalah sebuah jenis sistem tekanan udara rendah yang terbentuk secara umum di daerah tropis. Sementara angin sejenisnya bisa bersifat destruktif tinggi, siklon tropis adalah bagian penting dari sistem sirkulasi atmosfer, yang memindahkan panas dari daerah khatulistiwa menuju garis lintang yang lebih tinggi.
Hurikan Ivan dilihat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, September 2004.
Foto: NASA (Edward Fincke).Daerah pertumbuhan siklon tropis paling subur di dunia adalah Samudra Hindia dan perairan barat Australia. Sebagaimana dijelaskan Biro Meteorologi Australia, pertumbuhan siklon di kawasan tersebut mencapai rerata 10 kali per tahun. Siklon tropis selain menghancurkan daerah yang dilewati, juga menyebabkan banjir. Australia telah mengembangkan peringatan dini untuk mengurangi tingkat risiko ancaman siklon tropis sejak era 1960-an.
[sunting] Gumpalan mesin bara
Berdasarkan strukturnya, siklon tropis adalah daerah raksasa aktivitas awan, angin, dan badai petir yang berkisar. Sumber energi primer sebuah siklon tropis adalah pelepasan panas kondensasi/pengembunan dari uap air yang mengembun pada ketinggian. Oleh sebab itu, siklon tropis bisa ditafsirkan sebagai mesin bara cacak raksasa.
Unsur-unsur dari siklon tropis meliputi kecaburan cuaca yang telah ada, samudra tropis hangat, lengas (uap lembab), dan angin ringan tinggi relatif. Jika kondisi yang tepat berkuat cukup lama, mereka dapat bertautan untuk menghasilkan angin sengit, ombak luar biasa, hujan amat deras, dan banjir berdampingan dengan fenomena ini.
Penggunaan kondensasi ini sebagai sebuah tenaga pendorong adalah furak primer yang membedakan siklon tropis dari fenomena meteorologis lainnya. Siklon garis lintang tengah, misalnya, menggambarkan energi mereka sebagian besar dari naik turunnya suhu di atmosfer yang telah ada. Dalam rangka meneruskan untuk mendorong mesin baranya, siklon tropis harus tetap di atas air hangat, yang menyajikan kelembaban atmosfer yang dibutuhkan. Penguapan lengas ini dipacu oleh angin tinggi dan tekanan atmosfer yang dikurangi yang hadir di badainya, mengakibatkan siklus berlarut-larut. Sebagai hasilnya, saat sebuah siklon tropis melewati atas daratan, kekuatannya akan menipis dengan pesat.
[sunting] Klasifikasi dan terminologi
Badai CatarinaSiklon tropis digolongkan ke dalam tiga kelompok utama: depresi tropis, badai tropis, dan kelompok ketiga yang namanya tergantung pada daerah.
Depresi tropis adalah sistem terjuntrung awan dan badai petir dengan sirkulasi dan angin berlarut maksimum permukaan terarasi kurang dari 17 meter per detik (33 knot, 38 m/j, atau 62 km/j). Ia tidak mempunyai mata, dan tidak khas dengan bentuk berpilin dari badai-badai yang lebih kuat. Ia sudah menjadi sistem tekanan rendah, namun, karenanya bernama "depresi".
Badai tropis adalah sistem terjuntrung dari badai petir kuat dengan sirkulasi dan angin berlarut maksimum permukaan terarasi di antara 17 dan 33 meter per detik (34-63 knot, 39-73 m/j, atau 62-117 km/j). Pada waktu ini, bentuk siklon tersendiri mulai terbina, walau matanya biasanya tak muncul.
Pengistilahan yang digunakan untuk mendeskripsikan siklon tropis dengan angin berlarut maksimal yang melampaui 33 meter per sekon (63 knot, 73 m/j, atau 117 km/j) bervariasi tergantung daerah asalnya, misalnya sebagai berikut:
Hurikan di Samudra Atlantik Utara, Samudra Pasifik sebelah timur batas penanggalan internasional, dan Samudra Pasifik Selatan sebelah timur 160°BT
Taifun di Samudra Pasifik Barat Daya sebelah barat garis penanggalan
Siklon tropis gawat di Samudra Pasifik Barat Daya sebelah barat 160°BT atau Samudra Hindia Timur Laut sebelah timur 90°BT
Badai siklon gawat di Samudra Hindia Utara
Siklon tropis di Samudra Hindia Barat Daya
Di tempat lain di dunia, hurikan telah dikenal sebagai Bagyo di Filipina, Chubasco di Meksiko, dan Taino di Haiti.
Bagian tengah badai siklon tropis yang disebut mata merupakan lingkaran berdiameter antara 10 hingga 100 kilometer, paling sering dilaporkan sekitar 40 meter. Kecepatan angin bagian ini lebih rendah bahkan berlangit cerah. Mata dikelilingi dinding awan padat setingi 16 kilometer dengan angin dan hujan yang hebat.
[sunting] Etimologi
Kata taifun berasal dari frasa Tionghoa tái fēng atau dalam bahasa Jepang "dai fuun"(颱風)yang berarti "angin besar". Pengejaan Indonesia juga mengusulkan hubungan dengan kata Persia, طوفان Taufân, berkaitan dengan kata Yunani, Typhon.
Kata hurikan diturunkan dari nama dewa badai pribumi Amerindian Karibia, Huracan.
Kata siklon berasal dari kata Yunani kyklos = "lingkaran", "roda."
Banjir pantai
Sebagai banjir dikaitkan dengan terjadinya badai tropis (juga disebut angin puyuh laut atau taifun). Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering makin parah akibat badai yang dipicu oleh angin kencang sepanjang pantai. Air garam membanjiri daratan akibat satu atau perpaduan dampak gelombang pasang, badai, atau tsunami (gelombang pasang). Sama seperti banjir luapan sungai, hujan lebat yang jatuh di kawasan geografis luas akan menghasilkan banjir besar di lembah-lembah pesisir yang mendekati muara sungai.
Kejadian siklon tropis atau badai
Kerusakan yang diakibatkan Badai Andrew, siklon tropis terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.Tanda-tanda kelahiran suatu badai tropis bisa diperkirakan. Keberadaan dan pergerakannya pun bisa diamati dengan teknologi. Hanya kadang-kadang, tanda-tanda badai bisa diamati, dirasakan dan dibandingkan.
Badai Fiona: Tanggal 6 Februari 2003 badai siklon tropis Fiona berada di 300 mil lepas pantai selatan Jawa. Diperkirakan angin di pusat badai berkecepatan 104 mil per jam dan ekor badai mencapai 84 mil per jam.
Siklon Ivy tanggal 27 Februari 2004, dengan terbentuknya pusat tekanan rendah yang memusat dan memutar. Hal ini terjadi di Samudra Pasifik di sebelah tenggara Papua dan di Samudra Hindia dekat Australia. Siklon di Samudra Pasifik ini dinamakan Tropical Cyclone Ivy dan di sebelah Barat Australia dinamakan Tropical Cyclone Monty. Pengaruh Siklon Ivy saat itu lebih dominan, ia menarik awan-awan yang ada di Indonesia ke arah pusat siklon (sebelah tenggara Papua). Akibatnya sebagian besar wilayah Indonesia berpeluang cerah hingga berawan sejenak setelah sebelumnya dilanda hujan berhari-hari. Hanya wilayah Papua yang berpeluang kuat hujan lebat karena lebih dekat dengan pusat siklon Ivy.
Badai siklon tropis Fay di laut Timor tanggal 17 Maret 2004 pukul 9:30 waktu setempat, bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan gerak 6 kilometer per jam. Publikasi semacam ini terus diperbaharui dan diwartakan badan meteorologi Indonesia dan Australia sebagai peringatan awal pada penduduknya. Harian KOMPAS pada hari yang sama memperingatkan adanya gelombang 1,5 hingga 2,5 meter di Samudra Hindia yang berbahaya bagi kapal-kapal nelayan, tongkang dan feri.
Ancaman badai yang menimpa Yogyakarta baru-baru ini. Badai ini mengancam kawasan pantai selatan Yogyakarta, antara tanggal 9 Februari sampai 11 Februari 2005. Pemprov menyediakan 5 unit alarm dan posko-posko sebagai antisipasi dari badai yang akhirnya tidak kunjung datang ini. Siklon tropis di Selatan Indonesia ini, selalu muncul setiap tahun pada Januari-Maret. Penyebabnya adalah tingginya suhu muka laut di timur laut Australia. Wilayah Indonesia tak dilalui pusat badai tropis, hanya terkena imbas dari ekor badai tersebut. Imbasnya berupa angin kencang, hujan deras, dan tingginya gelombang laut. Pemunculan siklon diawali pusat tekanan rendah di barat laut Australia dan bergerak menuju barat daya. Efek yang biasa diterima pantai selatan Indonesia biasaya pengaruh dari ekor siklon, bukan akibat pusat badai tropis.
El Nino dan La Nina
El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005). Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun..
El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar di bawah)
Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya
Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina
El Nino adalah kondisi abnormal iklim dengan suhu permukaan Samudera Pasifik di pantai Barat Ekuador dan Peru lebih tinggi dari rata-rata normalnya.
Awalnya, istilah El Nino digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang terkadang mengalir dari utara ke selatan antara pelabuhan Paita dan Pacasmayo di daerah Peru setiap pengujung tahun.
Kejadian itu kemudian makin sering muncul, yaitu setiap 3-7 tahun dan bisa mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari setahun.
Selama beberapa dasawarsa, kalangan peneliti iklim bertanya-tanya apakah El Nino telah membantu tim yang melakukan perjalanan keliling dunia pertama kali sekitar 500 tahun lalu?
Jika benar begitu, besar kemungkinan El Nino pertama kali muncul pada kurun 1519-1520 atau bahkan pada 1518.
Awalnya adalah ketika pengeliling dunia Ferdinand Magellan menemukan cuaca yang bersahabat pada 28 November 1520 setelah berhari-hari berjuang melalui perairan ganas di bagian selatan Amerika Latin.
Dari sana Magellan menyeberang melintasi Lautan Pasifik. Nah, ketika memasuki Lautan Pasifik itulah ia menemukan cuaca yang lebih bersahabat. Dari sini para ilmuwan berspekulasi bahwa Maggelan telah dibantu El Nino.
Ketika El Nino terjadi, perairan di Pasifik Ekuatorial menjadi lebih hangat, membuat permukaan air meningkat yang kemudian mengubah pola angin dan cuaca. Dampaknya bisa menjalar ke seluruh dunia, termasuk kekeringan di Pasifik barat, lebih banyak hujan di Peru dan di pantai barat Amerika Latin.
Dari kejadian-kejadian itu bisa disimpulkan bahwa El Nino kemungkinan terjadi pada 1519 dan 1520.
Setelah melintasi selat yang kemudian diberi nama sesuai nama pengeliling dunia itu, Magellan berlayar ke arah utara di sepanjang pantai Amerika Latin dan berbalik ke arah baratlaut, melintasi ekuator dan tiba di Filipina.
Di Filipina itulah Magellan harus menyerahkan nyawanya setelah terlibat konflik dengan penduduk setempat.
Magellan sebenarnya ingin mencari kepulauan rempah-rempah yang kini masuk dalam wilayah Indonesia dan cuaca saat itu mengarahkan kapalnya ke arah utara dari wilayah yang dituju.
Jadi, kemungkinan besar rute yang dijalani Maggelan itu ‘dibimbing’ kondisi cuaca yang bersahabat dan angin yang tak terlalu kencang selama terjadi El Nino. Begitu menurut ahli antropologi Scott M. Fitzpatrick dari North Carolina State University dan Richard Callaghan dari University of Calgary, Kanada.
Sebenarnya, kedua ilmuwan itu tengah meneliti perjalanan keliling dunia Magellan yang ternyata kapalnya terus mengarah ke utara.
"Kami sebelumnya tidak mempertimbangkan El Nino. Tapi, ketika kami mencoba meneliti mengapa angin begitu tenang saat ia (Magellan) memasuki Pasifik, sejak itulah kami menilai ada sesuatu yang tak biasa,” kata Fitzpatrick.
Kedua peniliti itu juga menggunakan komputer untuk menggambarkan kondisi angin dan cuaca di sepanjang Pasifik selama terjadi El Nino dan kemudian dibandingkan dengan rute yang diambil Magellan.
Dalam catatan disebutkan juga bahwa banyak awak kapal Magellan yang sakit atau meninggal sehingga ia memilih berlayar dengan mengandalkan angin dan arus laut karena tak banyak awak yang bisa bertugas saat itu.
Data penunjang lainnya menunjukkan, saat pelayaran keliling dunia itu terjadi El Nino adalah catatan Magellan yang menyebutkan bahwa ia memilih jalur utara karena ada laporan tentang kelaparan di kepulauan rempah-rempah. Bisa saja ini benar. Sebab, El Nino kerap menimbulkan kekeringan di kawasan itu.
Jadi, meski alasan pasti mengapa Magellan memilih jalur ke utara itu belum jelas, kondisi El Nino bisa disimpulkan sebagai penyebab pemilihan jalur pelayaran keliling dunia itu. Dan, perjalanan keliling dunia itu telah menunjukkan rekaman paling awal terjadinya fenomena alam yang bernama El Nino. [I3]
Rabu, 05 November 2008
bencana banjir
Banjir
Di saat sekarang ini kita ketahui bahwa banjir telah banyak terjadi di beberapa daerah di Indonesia dan dapat di katakan berkelimpahan air. Sementara di daerah lain di Indonesia mengalami kekeringan. Kedua hal tersebut terjadi secara bersamaan dalam waktu yang sama. Terlebih lagi saat sekarang ini musim hujan yang terjadi di beberapa daerah tetapi tidak secara merata. Misalnya saja di suatu kota contohnya Yogyakarta, hujan yang turun secara tidak merata tersebut sangat terasa sekali, karena di beberapa lokasi terjadi hujan yang sangat kebat sekali tetapi di beberapa lokasi yang berdekatan dengan lokasi yang terjadi hujan lebat tadi, di lokasi tersubut cerah sekali. Ini pertanda bahwa dampak dari Global warming sudah dapat kita rasakan sendiri. Lingkungan sudah semakin rusak, dan memang masalah lingkungan sudah menjadi perhatian utama bagi seluruh dunia. Tetapi pada kenyataannya kebanyakan orang hanya bisa mengomentari saja tapi mempraktekannya tidak sama sekali. Lihatlah bumi kita menangis, bumi kita sedih, seharusnya kita bersama - sama memperbaiki bumi kita. Lingkungan semakin kotor sehingga banyak terjadi banjir yang dikarenakan oleh kebodohan manusia yang tidak bisa menjaga lingkungan. Padahak dipikir secara logika membuang sampah pada tempatnya dan melakukan pembersihan lungkungan itu adalah hal yang mudah. Maka dari saya tekankan jangan menganggap enteng terhadap sesuatu yang kadang kita anggap sepele. Kita ketahui banjir semakin banyak terjadi di Indonesia, dan permasalah utama yaitu karena sampah. contohnya banjir yang terjadi di Jakarta.
Masalah Banjir di Jakarta
Banjir benar-benar telah melanda Jakarta. Bila kemaren Jum'at 2 Febuari 2007 Jakarta dinyatakan Siaga III, maka pada hari ini telah dinyatakan Siaga I dalam menghadapi masalah banjir. Banjir kali ini mengingatkan kita pada banjir pada tahun 2002 yang lalu. Siklus banjir lima tahunan telah datang.
Dengan banjir ini, berbagai upaya mengatasi masalah banjir yang telah dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun (2002 - 2007) seakan tidak ada artinya. Berbagai pernyataan yang muncul sebelumnya tentang kesiapan menghadapi banjir, telah terbukti hanya isapan jempol belaka.
Persoalan banjir di Jakarta tidak mungkin diselesaikan oleh Jakarta sendiri. Sama-sama kita ketahui bahwa air yang datang melanda Jakarta datang dari Bogor. Kenyataan ini adalah hal yang tidak mungkin di nafikan. Setiap musim hujan tiba, volume air yang datang dari Bogor tidak sanggup ditampung oleh sistem aliran sungai yang melintas di Jakarta. Keadaan ini terekspresikan dengan hadirnya Banjir.
Berbagai ide untuk menyelesaikan masalah banjir di jakarta ini sebenarnya telah dikemukakan. Perlunya upaya yang terpadu untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta juga telah diungkapkan sejak lama oleh para ahli. Tetapi semua usulan yang diajukan itu kandas.
indosiar.com, Jakarta - Banjir seolah-olah telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat ibukota. Karena setiap musim penghujan terutama dengan siklus 5 tahunan, masyarakat ibukota yang tinggal di daerah rawan banjir harus sudah siap-siap menerima akibat banjir dengan segala dampaknya. Yang paling menyedihkan lagi dampak dari banjir dari tahun ke tahun tidak semakin kecil tapi justru semakin meluas.
Masalah Banjir di Wilayah DKI Jakarta dan Penanganannya menjadi topik Halo Polisi kali ini dengan nara sumber Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Drs. Adang Firman.
Bagaimana penanganan masalah banjir di ibukota ?
Menurut Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, banjir bukanlah masalah yang sederhana. Sangat sulit dan berdimensi sangat luas. Artinya ada pekerjaan di hilir dan ada pekerjaan di hulu seharusnya. Nah yang terjadi sekarang pekerjaan hanya ada di hilir yakni Jakarta nya.
Secara geografis Jakarta ini dialiri 13 sungai yang datang dari selatan, Bogor, Puncak dan Cianjur. Jadi menurut Sutiyoso, jangan menyalahkan pemerintah Bogor kalau terjadi banjir di Jakarta.
Sekarang di hilir sendiri (Pemda DKI) tidak bisa maksimal menangani masalah banjir karena terkendala masalah anggaran. Jadi dalam menanggulangi banjir dari konsep Belanda yang kemudian disempurnakan oleh Jepang adalah membangun kanal (seperti tapal kuda yang mengelilingi Jakarta. Dengan maksud, 13 sungai yang mengalir ini bisa ditangkap oleh kanal barat dan kanal timur.
Didalam mengantisipasi banjir setiap tahun ada tiga kegiatan yakni kegiatan pra banjir (sebelum banjir) melibatkan BMG, bagaimana menguji sistem pemandu (gladi posko) serta gelar pasukan (unsur Pemda, TNI/Polri/PMI) sambil menggelar peralatan yang Pemda miliki.
Banjir yang selalu terjadi di Jakarta selain akibat curah hujan tinggi dan arus air dari hulu juga karena belum selesainya Banjir Kanal Timur yang bisa menampung 13 aliran sungai di Jakarta diarahkan ke laut.
Sutiyoso mengatakan, penanganan banjir di Jakarta baru akan tuntas bila pembangunan Banjir Kanal Timur usai meskipun ia mengeluhkan pemotongan anggaran banjir kanal pada APBD 2007 oleh DPRD Jakarta.
Menurut Sutiyoso, ada sekitar 78 titik yang selalu tergenang air. Dan bagi kebanyakan warga Jakarta kata bang Yos, sudah sangat familiar dengan banjir. Jadi pada saat datang banjir pun mereka banyak yang tidak mau dievakuasi. Jumlah korban banjir di Jakarta cukup signifikan dan ini menjadi masalah.
Hujan diperkirakan masih akan terus terjadi di Jakarta hingga bulan Maret mendatang. Jadi Pemda akan membangun posko berskala besar yang dipertanggungjawabkan oleh satuan TNI/Polri termasuk Polda yang menangani Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
Untuk kedepan Pemda akan membangun rumah susun massal dan ini salah satu program prioritas serta membangun banjir kanal timur untuk warga yang tinggal di titik rawan banjir.
Pemda DKI juga akan melakukan pembenahan kembali bekerjasama dengan pihak terkait pasca banjir. Kawasan yang letaknya rendah seharusnya tidak boleh dibangun karena berpotensi banjir dan mengurangi daerah resapan air. Untuk mengantisipasi banjir dimasa depan dengan memperhatikan semua aspek.
Sementara menurut Adang Firman, dalam rangka mengatasi bencana banjir bukan hanya Polda, tetapi juga satuan-satuan lain juga ikut serta. Pada prinsipnya dari kepolisian selain melaksanakan tugas pokok Polri, yakni menyelamatkan penduduk (Jiwa) dan harta benda milik warga.
Pengamanan wilayah di Jakarta dan pengaturan lalu lintas yang menjadi kacau akibat sejumlah ruas jalan terendam air telah dilakukan sejak hari pertama banjir Jumat pekan lalu.
Sosialisasi tentang peran-serta masyarakat dalam menanggulangi masalah banjir perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan serius. Masyarakat perlu disadarkan bahwa tanpa peran-serta mereka, upaya menanggulangi banjir tidak akan efektif.
Untuk tugas pengamanan dan pengaturan lalu lintas ini Adang mengaku telah mengerahkan antara 12 hingga 14 ribu personilnya setiap hari secara fluktuatif tergantung kebutuhan.
Kepolisian bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mengamankan perumahan milik warga yang menjadi korban banjir yang ditinggalkan ke tempat pengungsian. Petugas terus melakukan patroli siang dan malam dengan menggunakan peralatan jetsky ke tempat-tempat yang tidak bisa dijangkau melalui perahu karet dan rakit.
Ketinggian permukaan wilayah DKI Jakarta yang begitu rendah dan hampir rata dengan permukaan air laut juga menjadi salah satu penyebab banjir, ditambah lagi dengan kondisi air pasang sehingga aliran sungai yang landai di sana sulit masuk ke laut.
Semua pihak diajak untuk berupaya mencegah bencana lingkungan dengan sejumlah langkah nyata, mulai dari hal-hal sederhana dan kecil. Sebab, bencana bukan gejala alam semata, tetapi sebagian karena ulah manusia yang kurang bertanggung jawab.
Dalam kerangka besar, pemerintah akan terus melakukan langkah-langkah penegakan hukum terhadap pelaku pembabatan hutan dan pencemaran lingkungan. (Sup)
Senin, 03 November 2008
kerusakan hutan di INDONESIA
ARTIKEL
Pembakaran Hutan: Cenderung Menyalahkan Petani Tradisonal
Siaran Pers: 29 Agustus 2006
Jakarta - Tingginya jumlah titik api sepertinya semakin membuat gerah bukan saja propinsi dan negeri tetangga yang menerima kiriman asap, namun juga pejabat negeri. Namun, WALHI melihat bahwa sejumlah pernyataan yang dikeluarkan pejabat cenderung untuk menyalahkan peladang gilir balik/tradisional. Meskipun tidak membantah adanya pembukaan kebun dengan cara bakar yang dilakukan oleh masyarakat namun WALHI menilai angkanya tidak signifikan. Dari tahun 2001 hingga akhir Agustus 2006, total kawasan yang dibakar atau terbakar di konsesi perkebunan besar atau konsesi izin kehutanaan lainnya mencapai 81,1 %.
Kertas briefing WALHI, yang dikeluarkan pada tanggal 8 Agustus lalu juga menyebutkan bahwa setiap tahunnya Indonesia memproduksi lebih dari 40 ribu hotspot. Angka ini menurun pada tahun 2005 menjadi 39 ribuan dikarenakan tingginya angka curah hujan pada saat itu. Kertas tersebut juga menyebutkan bahwa lebih dari 80 persen titik api tersebut berada pada konsesi-konsesi perkebunan, HTI, dan HPH. Oleh karenanya, menjadi sangat disayangkan ketika sejumlah pejabat yang tidak memiliki akses terhadap informasi di lapangan, cenderung menyalahkan petani tradisional sebagai pelaku utama dan sekaligus menafikan fakta bahwa justru pelaku bisnislah yang menerima keuntungan paling besar dari landclearing dengan cara bakar ini.
Untuk itu, WALHI merasa berkepentingan untuk mengeluarkan nama-nama perusahaan yang terindikasi melakukan pembakaran pada tahun 2006 ini. Sebagian kecil dari nama-nama perusahaan tersebut telah dilakukan groundcheck untuk memastikan kebenaran informasi yang diterima dari satelit. Groundcheck yang di beberapa tempat dilakukan bersama dengan Bapedalda kemudian mendapatkan kepastian bahwa sejumlah konsesi milik perusahaan telah terbakar. Menyebut di antaranya adalah PT. Agro Lestari Mandiri, PT Agro Bukit, PT Wilmar Plantation Group, PT Bulu Cawang Plantation, PT Bumi Pratama Khatulistiwa di Kalimantan Barat, PT Sumber Tama Nusa Pertiwi di Jambi, PT. Persada Sawit Mas (PSM) di Sumatera Selatan, PT. Agro karya Prima Lestari (Sinar Mas Group) di Kalimantan Tengah dan puluhan perusahaan lainnya di Riau.
”Sebagian besar perusahaan tersebut telah melakukan praktek serupa di tahun-tahun sebelumnya dan tidak pernah terjerat dengan hukum. Di Riau, misalnya, PT Arara Abadi setiap tahunnya selalu terindikasi melakukan pembakaran hutan dan lahan di konsesinya. Demikian halnya dengan sejumlah rekanan PT RAPP,” demikian Rully Syumanda, Pengkampanye Hutan WALHI.
Ditambahkan bahwa hingga saat ini tidak ada satupun tindakan hukum yang diambil oleh pemerintah berkaitan dengan praktek yang merugikan ini. Satu-satunya upaya hukum yang diajukan Pemprov Riau kemudian dipeti-eskan untuk alasan yang tidak diketahui sama sekali. Terkait dengan hal tersebut, WALHI dalam waktu dekat akan meminta hearing kepada DPR RI terkait dengan kebijakan yang mengatur tentang tanggung jawab perusahaan terhadap konsesi miliknya apabila terjadi kebakaran hutan.
Menjadi penting untuk mengeluarkan satu kebijakan yang menyebutkan bahwa pelaku bisnis harus bertanggung jawab dan diberikan sanksi apabila terjadi kebakaran di konsesi miliknya. Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Chalid Muhammad, menyebutkan bahwa kebijakan ini sangat sangat dibutuhkan mengingat tren yang berkembang pada saat ini antara pemerintah dan perusahaan selalu saling menyalahkan bila terjadi kebakaran. Ujung-ujungnya petani tradisionalah yang menjadi kambing hitamnya.
Chalid juga menambahkan bahwa hanya dengan cara demikianlah jumlah titik api di negeri ini bisa dikurangi. ”Pelaku bisnis harus bertanggung jawab apabila terjadi kebakaran dikonsesinya. Tidak peduli siapa yang melakukan pembakaran, mereka harus menunjukkan itikad baik dan kemampuan yang dimilikinya untuk menjaga konsesinya sendiri”.
WALHI sendiri menilai bahwa UU Perkebunan No. 18/2004 yang meskipun memuat sanksi namun amat sulit diimplementasikan mengingat proses hukumnya masih menggunakan KUHP yang mensyaratkan keberadaan barang bukti, seperti korek, bensin, saksi mata, dsb. Untuk kebakaran yang terjadi pada satu kawasan yang cukup luas, menemukan bukti materiil tersebut sama halnya dengan mencari jarum di atas tumpukan jerami.
PEMBAHASAN
Sumber : indonesiamongabay.com
Kebakaran hutan sebagai hasil dari kegagalan pemerintah di Indonesia
Indoneisa terbakar lagi. Asap dari api yang dinyalakan untuk membuka lahan di Kalimantan Selatan (Borneo) dan Sumatera menyebabkan tingkat polusi di Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok meningkat, menyebabkan munculnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan asap, kecelakaan lalu lintas, dan biaya ekonomi yang menyertainya. Negara-negara tetangga pun kembali menuntut adanya tindakan namun pada akhirnya tetap saja kebakaran akan berlangsung hingga datangnya musim hujan. Kebakaran ini - dan asap yang mencekik - telah menjadi peristiwa tahunan di Indonesia. Beberapa tahun lebih buruk dari tahun-tahun yang lain - terutama saat kondisi el Nino yang kering mengubah hutan kawasan ini menjadi sangat mudah terbakar - tapi keseluruhan trend ini tidaklah baik. Kenapa bencana kebakaran ini terus saja terjadi? Kesalahan seharusnya ditimpakan pertama kali pada pemerintah Indonesia atas kegagalan sistematis untuk menggalakkan hukum yang didesain untuk mengurangi tingkat penggundulan hutan yang mengejutkan di negara ini. Sejak 1990, angka-angka resmi telah menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan seperempat dari keseluruhan luas hutannya. Berkurangnya hutan-hutan primer itu menjadi lebih buruk: hampir 31 persen dari hutan tua kepulauan ini telah jatuh ke tangan penambang dan pengembang lahan pada periode yang sama. Bahkan, tingkat penggundulan hutan ini tidak melambat. Berkurangnya hutan dalam satu tahun telah meningkat hingga 19 persen sejak akhir 1990an, sementara setiap tahunnya berkurangnya hutan primer telah meluas hingga 26 persen. Statistik ini seharusnya menjadi sesuatu yang memalukan bagi Indonesia dan bukti ketidakmampuan pemerintah mengatasi berkurangnya hutan dan ketidakmampuan dalam menanggulangi kroni dan korupsi.
Berkurangnya hutan di Indonesia
NASA. Penyebab langsung berkurangnya hutan di Indonesia tidaklah kompleks. Kebanyakan penggundulan hutan adalah akibat dari penebangan hutan dan pengubahan hutan menjadi pertanian. Saat ini Indonesia menjadi eksportir kayu tropis terbesar di dunia - suatu komoditas yang menghasilkan hingga 5 milyar USD tiap tahunnya - dan produsen minyak kelapa terbesar kedua, salah satu dari minyak sayur paling produktif di dunia, digunakan di apa pun mulai dari biskuit hingga biofuel. Penebangan kayu secara legal berdampak pada 700.000-850.000 hektar hutan setiap tahunnya di Indonesia, namun penebangan hutan ilegal yang telah menyebar meningkatkan secara drastis keseluruhan daerah yang ditebang hingga 1,2-1,4 juta hektar, dan mungkin lebih tinggi - di tahun 2004, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengatakan bahwa 75 persen dari penebangan hutan di Indonesia ilegal. Meskipun ada larangan resmi untuk mengekspor kayu dari Indonesia, kayu tersebut biasanya diselundupkan ke Malaysia, Singapura, dan negara-negara Asia lain. Dari beberapa perkiraan, Indonesia kehilangan pemasukan sekitar 1 milyar dollar pertahun dari pajak akibat perdagangan gelap ini. Penambangan ilegal ini juga merugikan bisnis kayu yang resmi dengan mengurangi suplai kayu yang bisa diproses, serta menurunkan harga internasional untuk kayu dan produk kayu. Penebangan hutan di Indonesia telah membuka beberapa daerah yang paling terpencil, dan terlarang, di dunia pada pembangunan. Setelah berhasil menebangi banyak hutan di daerah yang tidak terlalu terpencil, perusahaan-perusahaan kayu ini lantas memperluas praktek mereka ke pulau Kalimantan dan Irian Jaya, dimana beberapa tahun terakhir ini banyak petak-petak hutan telah dihabisi. Sebagai contoh, lebih dari 20 persen ijin penebangan di Indonesia berada di Papua, naik dari 7 persen di tahun 1990an. Selain penebangan, pengubahan hutan untuk pertanian ukuran besar, terutama perkebunan kelapa sawit, telah menjadi kontributor penting bagi berkurangnya hutan di Indonesia. Kawasan kelapa sawit meluas dari 600.000 hektar di tahun 1985 menjadi lebih dari 5,3 juta hektar di tahun 2004. Pemerintah berharap kondisi ini akan berlipat ganda dalam waktu satu dekade dan, melalui program transmigrasi, telah mendorong para petani untuk mengubah lahan hutan liar menjadi perkebunan. Karena cara termurah dan tercepat untuk membuka lahan perkebunan adalah dengan membakar, upaya ini justru memperburuk kondisi: setiap tahun ratusan dari ribuan hektar are berubah menjadi asap saat pengembang dan agrikulturalis membakar kawasan pedalaman sebelum musim hujan datang di bulan Oktober atau November
Kegagalan pemerintah
Walau Indonesia memiliki hukum untuk melindungi hutan dan membatasi pembakaran pertanian, mereka diterapkan dengan sangat buruk. Manajemen hutan di Indonesia telah lama dijangkiti oleh korupsi. Petugas pemerintahan yang dibayar rendah dikombinasikan dengan lazimnya usahawan tanpa reputasi baik dan politisi licik, ini berarti larangan penebangan hutan liar yang tak dijalankan, penjualan spesies terancam yang terlupakan, peraturan lingkungan hidup yang tak dipedulikan, taman nasional yang dijadikan lahan penebangan pohon, serta denda dan hukuman penjara yang tak pernah ditimpakan. Korupsi, dikombinasikan dengan kroniism yang muncul pada masa mantan Presiden Jendral Soeharto (Suharto), telah beberapa kali merusak upaya mengendalikan kebakaran hutan: 1997, negara ini tak dapat menggunakan dana spesial reboisasi non-bujeter mereka untuk melawan kebakaran karena dana tersebut telah dialokasikan untuk proyek mobil yang gagal milik anak diktator tersebut. Saat ini pemerintah masih menolak untuk menghukum mereka yang melanggar hukum yang melarang menggunakan api untuk membuka lahan. Ini waktunya bagi pemerintah Indonesia untuk mulai serius menangani penggundulan hutan dan kebakaran yang kerap terulang. Komitmen politis adalah kuncinya - tanpanya, sumbangan-sumbangan uang dalam jumlah besar akan terus dihamburkan tanpa menghentikan penebangan hutan ilegal dan berkurangnya hutan.
Pemerintah sebaiknya meratifikasi Perjanjian ASEAN mengenai Polusi Asap Antar Negara, konvensi yang ditandatangani pada tahun 2002 menindaklanjuti kebakaran hutan tahun 1997-1998. PErjanjuan ini membutuhkan kerjasama multinasional untuk melawan kebakaran di kawasan tersebut. Meratifikasi perjanjian itu akan menjadi sinyal awal komitmen politis terhadap permasalahan yang ada, namun pemerintah kemudian harus melanjutkannya dengan implementasi dan inisiatif 'good governance', seperti menerapkan larangan pembakaran lahan dengan ketat. Tanpa penerapan ini, hukum tak akan ada gunanya. Indonesia tak akan lagi dapat mengabaikan aktifitas kriminal dengan kepentingan kuat. Sebagai contoh, Indonesia perlu untuk menindaklanjuti permintaan Malaysia untuk menuntut perusahaan-perusahaan Malaysia yang terlibat dalam pembakaran hutan di Kalimantan Selatan dan Sumatera. Perusahaan yang terbukti bertanggungjawab atas pembakaran ilegal, tak peduli dimana mereka berada, akan kehilangan ijin usahanya dan petugas-petugasnya di penjara. Saat kebakaran berkurang musim dingin ini, Indonesia seharusnya menyelidiki kemungkinan yang ditawarkan oleh pasar karbon yang muncul ini yang dapat memberikan pemasukan bagi negara dengan melindungi hutan dari pengembangan. Inovasi strategis lain - dari sertifikasi agrikultural dan kayu yang komprehensif hingga sponsor oleh pihak swasta untuk konservasi hutan - seharusnya juga tidak dilupakan.
Kegagalan internasional
Meski mudah untuk menyalahkan pemerintah Indonesia atas tak adanya tindakan, masyarakat internasional juga telah gagal. Daripada mengkritik Indonesia atas kekurangannya, pemerintah asing seharusnya menjanjikan keahliannya dan memberikan bantuan dalam jumlah besar. Kebakaran hutan Indonesia mempunyai dampak global dengan menghilangkan keanekaragaman hayati dan menyumbangkan gasgas rumah kaca ke atmosfer (kebakaran tahun 1997 melepaskan sekitar 2,67 milyar ton karbon dioksida). Dalam area tertentu, kebakaran ini meracuni udara dan dikaitkan dengan berkurangnya hujan. Dalam kasus dimana masalah Indonesia adalah masalah dunia, masyarakat global seharusnya meningkatkan kesempatan untuk menujukan bencana kebakaran ini dengan sikap yang pintar dan terkoordinasi dengan baik.
Pembakaran Hutan: Cenderung Menyalahkan Petani Tradisonal
Siaran Pers: 29 Agustus 2006
Jakarta - Tingginya jumlah titik api sepertinya semakin membuat gerah bukan saja propinsi dan negeri tetangga yang menerima kiriman asap, namun juga pejabat negeri. Namun, WALHI melihat bahwa sejumlah pernyataan yang dikeluarkan pejabat cenderung untuk menyalahkan peladang gilir balik/tradisional. Meskipun tidak membantah adanya pembukaan kebun dengan cara bakar yang dilakukan oleh masyarakat namun WALHI menilai angkanya tidak signifikan. Dari tahun 2001 hingga akhir Agustus 2006, total kawasan yang dibakar atau terbakar di konsesi perkebunan besar atau konsesi izin kehutanaan lainnya mencapai 81,1 %.
Kertas briefing WALHI, yang dikeluarkan pada tanggal 8 Agustus lalu juga menyebutkan bahwa setiap tahunnya Indonesia memproduksi lebih dari 40 ribu hotspot. Angka ini menurun pada tahun 2005 menjadi 39 ribuan dikarenakan tingginya angka curah hujan pada saat itu. Kertas tersebut juga menyebutkan bahwa lebih dari 80 persen titik api tersebut berada pada konsesi-konsesi perkebunan, HTI, dan HPH. Oleh karenanya, menjadi sangat disayangkan ketika sejumlah pejabat yang tidak memiliki akses terhadap informasi di lapangan, cenderung menyalahkan petani tradisional sebagai pelaku utama dan sekaligus menafikan fakta bahwa justru pelaku bisnislah yang menerima keuntungan paling besar dari landclearing dengan cara bakar ini.
Untuk itu, WALHI merasa berkepentingan untuk mengeluarkan nama-nama perusahaan yang terindikasi melakukan pembakaran pada tahun 2006 ini. Sebagian kecil dari nama-nama perusahaan tersebut telah dilakukan groundcheck untuk memastikan kebenaran informasi yang diterima dari satelit. Groundcheck yang di beberapa tempat dilakukan bersama dengan Bapedalda kemudian mendapatkan kepastian bahwa sejumlah konsesi milik perusahaan telah terbakar. Menyebut di antaranya adalah PT. Agro Lestari Mandiri, PT Agro Bukit, PT Wilmar Plantation Group, PT Bulu Cawang Plantation, PT Bumi Pratama Khatulistiwa di Kalimantan Barat, PT Sumber Tama Nusa Pertiwi di Jambi, PT. Persada Sawit Mas (PSM) di Sumatera Selatan, PT. Agro karya Prima Lestari (Sinar Mas Group) di Kalimantan Tengah dan puluhan perusahaan lainnya di Riau.
”Sebagian besar perusahaan tersebut telah melakukan praktek serupa di tahun-tahun sebelumnya dan tidak pernah terjerat dengan hukum. Di Riau, misalnya, PT Arara Abadi setiap tahunnya selalu terindikasi melakukan pembakaran hutan dan lahan di konsesinya. Demikian halnya dengan sejumlah rekanan PT RAPP,” demikian Rully Syumanda, Pengkampanye Hutan WALHI.
Ditambahkan bahwa hingga saat ini tidak ada satupun tindakan hukum yang diambil oleh pemerintah berkaitan dengan praktek yang merugikan ini. Satu-satunya upaya hukum yang diajukan Pemprov Riau kemudian dipeti-eskan untuk alasan yang tidak diketahui sama sekali. Terkait dengan hal tersebut, WALHI dalam waktu dekat akan meminta hearing kepada DPR RI terkait dengan kebijakan yang mengatur tentang tanggung jawab perusahaan terhadap konsesi miliknya apabila terjadi kebakaran hutan.
Menjadi penting untuk mengeluarkan satu kebijakan yang menyebutkan bahwa pelaku bisnis harus bertanggung jawab dan diberikan sanksi apabila terjadi kebakaran di konsesi miliknya. Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Chalid Muhammad, menyebutkan bahwa kebijakan ini sangat sangat dibutuhkan mengingat tren yang berkembang pada saat ini antara pemerintah dan perusahaan selalu saling menyalahkan bila terjadi kebakaran. Ujung-ujungnya petani tradisionalah yang menjadi kambing hitamnya.
Chalid juga menambahkan bahwa hanya dengan cara demikianlah jumlah titik api di negeri ini bisa dikurangi. ”Pelaku bisnis harus bertanggung jawab apabila terjadi kebakaran dikonsesinya. Tidak peduli siapa yang melakukan pembakaran, mereka harus menunjukkan itikad baik dan kemampuan yang dimilikinya untuk menjaga konsesinya sendiri”.
WALHI sendiri menilai bahwa UU Perkebunan No. 18/2004 yang meskipun memuat sanksi namun amat sulit diimplementasikan mengingat proses hukumnya masih menggunakan KUHP yang mensyaratkan keberadaan barang bukti, seperti korek, bensin, saksi mata, dsb. Untuk kebakaran yang terjadi pada satu kawasan yang cukup luas, menemukan bukti materiil tersebut sama halnya dengan mencari jarum di atas tumpukan jerami.
PEMBAHASAN
Sumber : indonesiamongabay.com
Kebakaran hutan sebagai hasil dari kegagalan pemerintah di Indonesia
Indoneisa terbakar lagi. Asap dari api yang dinyalakan untuk membuka lahan di Kalimantan Selatan (Borneo) dan Sumatera menyebabkan tingkat polusi di Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok meningkat, menyebabkan munculnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan asap, kecelakaan lalu lintas, dan biaya ekonomi yang menyertainya. Negara-negara tetangga pun kembali menuntut adanya tindakan namun pada akhirnya tetap saja kebakaran akan berlangsung hingga datangnya musim hujan. Kebakaran ini - dan asap yang mencekik - telah menjadi peristiwa tahunan di Indonesia. Beberapa tahun lebih buruk dari tahun-tahun yang lain - terutama saat kondisi el Nino yang kering mengubah hutan kawasan ini menjadi sangat mudah terbakar - tapi keseluruhan trend ini tidaklah baik. Kenapa bencana kebakaran ini terus saja terjadi? Kesalahan seharusnya ditimpakan pertama kali pada pemerintah Indonesia atas kegagalan sistematis untuk menggalakkan hukum yang didesain untuk mengurangi tingkat penggundulan hutan yang mengejutkan di negara ini. Sejak 1990, angka-angka resmi telah menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan seperempat dari keseluruhan luas hutannya. Berkurangnya hutan-hutan primer itu menjadi lebih buruk: hampir 31 persen dari hutan tua kepulauan ini telah jatuh ke tangan penambang dan pengembang lahan pada periode yang sama. Bahkan, tingkat penggundulan hutan ini tidak melambat. Berkurangnya hutan dalam satu tahun telah meningkat hingga 19 persen sejak akhir 1990an, sementara setiap tahunnya berkurangnya hutan primer telah meluas hingga 26 persen. Statistik ini seharusnya menjadi sesuatu yang memalukan bagi Indonesia dan bukti ketidakmampuan pemerintah mengatasi berkurangnya hutan dan ketidakmampuan dalam menanggulangi kroni dan korupsi.
Berkurangnya hutan di Indonesia
NASA. Penyebab langsung berkurangnya hutan di Indonesia tidaklah kompleks. Kebanyakan penggundulan hutan adalah akibat dari penebangan hutan dan pengubahan hutan menjadi pertanian. Saat ini Indonesia menjadi eksportir kayu tropis terbesar di dunia - suatu komoditas yang menghasilkan hingga 5 milyar USD tiap tahunnya - dan produsen minyak kelapa terbesar kedua, salah satu dari minyak sayur paling produktif di dunia, digunakan di apa pun mulai dari biskuit hingga biofuel. Penebangan kayu secara legal berdampak pada 700.000-850.000 hektar hutan setiap tahunnya di Indonesia, namun penebangan hutan ilegal yang telah menyebar meningkatkan secara drastis keseluruhan daerah yang ditebang hingga 1,2-1,4 juta hektar, dan mungkin lebih tinggi - di tahun 2004, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengatakan bahwa 75 persen dari penebangan hutan di Indonesia ilegal. Meskipun ada larangan resmi untuk mengekspor kayu dari Indonesia, kayu tersebut biasanya diselundupkan ke Malaysia, Singapura, dan negara-negara Asia lain. Dari beberapa perkiraan, Indonesia kehilangan pemasukan sekitar 1 milyar dollar pertahun dari pajak akibat perdagangan gelap ini. Penambangan ilegal ini juga merugikan bisnis kayu yang resmi dengan mengurangi suplai kayu yang bisa diproses, serta menurunkan harga internasional untuk kayu dan produk kayu. Penebangan hutan di Indonesia telah membuka beberapa daerah yang paling terpencil, dan terlarang, di dunia pada pembangunan. Setelah berhasil menebangi banyak hutan di daerah yang tidak terlalu terpencil, perusahaan-perusahaan kayu ini lantas memperluas praktek mereka ke pulau Kalimantan dan Irian Jaya, dimana beberapa tahun terakhir ini banyak petak-petak hutan telah dihabisi. Sebagai contoh, lebih dari 20 persen ijin penebangan di Indonesia berada di Papua, naik dari 7 persen di tahun 1990an. Selain penebangan, pengubahan hutan untuk pertanian ukuran besar, terutama perkebunan kelapa sawit, telah menjadi kontributor penting bagi berkurangnya hutan di Indonesia. Kawasan kelapa sawit meluas dari 600.000 hektar di tahun 1985 menjadi lebih dari 5,3 juta hektar di tahun 2004. Pemerintah berharap kondisi ini akan berlipat ganda dalam waktu satu dekade dan, melalui program transmigrasi, telah mendorong para petani untuk mengubah lahan hutan liar menjadi perkebunan. Karena cara termurah dan tercepat untuk membuka lahan perkebunan adalah dengan membakar, upaya ini justru memperburuk kondisi: setiap tahun ratusan dari ribuan hektar are berubah menjadi asap saat pengembang dan agrikulturalis membakar kawasan pedalaman sebelum musim hujan datang di bulan Oktober atau November
Kegagalan pemerintah
Walau Indonesia memiliki hukum untuk melindungi hutan dan membatasi pembakaran pertanian, mereka diterapkan dengan sangat buruk. Manajemen hutan di Indonesia telah lama dijangkiti oleh korupsi. Petugas pemerintahan yang dibayar rendah dikombinasikan dengan lazimnya usahawan tanpa reputasi baik dan politisi licik, ini berarti larangan penebangan hutan liar yang tak dijalankan, penjualan spesies terancam yang terlupakan, peraturan lingkungan hidup yang tak dipedulikan, taman nasional yang dijadikan lahan penebangan pohon, serta denda dan hukuman penjara yang tak pernah ditimpakan. Korupsi, dikombinasikan dengan kroniism yang muncul pada masa mantan Presiden Jendral Soeharto (Suharto), telah beberapa kali merusak upaya mengendalikan kebakaran hutan: 1997, negara ini tak dapat menggunakan dana spesial reboisasi non-bujeter mereka untuk melawan kebakaran karena dana tersebut telah dialokasikan untuk proyek mobil yang gagal milik anak diktator tersebut. Saat ini pemerintah masih menolak untuk menghukum mereka yang melanggar hukum yang melarang menggunakan api untuk membuka lahan. Ini waktunya bagi pemerintah Indonesia untuk mulai serius menangani penggundulan hutan dan kebakaran yang kerap terulang. Komitmen politis adalah kuncinya - tanpanya, sumbangan-sumbangan uang dalam jumlah besar akan terus dihamburkan tanpa menghentikan penebangan hutan ilegal dan berkurangnya hutan.
Pemerintah sebaiknya meratifikasi Perjanjian ASEAN mengenai Polusi Asap Antar Negara, konvensi yang ditandatangani pada tahun 2002 menindaklanjuti kebakaran hutan tahun 1997-1998. PErjanjuan ini membutuhkan kerjasama multinasional untuk melawan kebakaran di kawasan tersebut. Meratifikasi perjanjian itu akan menjadi sinyal awal komitmen politis terhadap permasalahan yang ada, namun pemerintah kemudian harus melanjutkannya dengan implementasi dan inisiatif 'good governance', seperti menerapkan larangan pembakaran lahan dengan ketat. Tanpa penerapan ini, hukum tak akan ada gunanya. Indonesia tak akan lagi dapat mengabaikan aktifitas kriminal dengan kepentingan kuat. Sebagai contoh, Indonesia perlu untuk menindaklanjuti permintaan Malaysia untuk menuntut perusahaan-perusahaan Malaysia yang terlibat dalam pembakaran hutan di Kalimantan Selatan dan Sumatera. Perusahaan yang terbukti bertanggungjawab atas pembakaran ilegal, tak peduli dimana mereka berada, akan kehilangan ijin usahanya dan petugas-petugasnya di penjara. Saat kebakaran berkurang musim dingin ini, Indonesia seharusnya menyelidiki kemungkinan yang ditawarkan oleh pasar karbon yang muncul ini yang dapat memberikan pemasukan bagi negara dengan melindungi hutan dari pengembangan. Inovasi strategis lain - dari sertifikasi agrikultural dan kayu yang komprehensif hingga sponsor oleh pihak swasta untuk konservasi hutan - seharusnya juga tidak dilupakan.
Kegagalan internasional
Meski mudah untuk menyalahkan pemerintah Indonesia atas tak adanya tindakan, masyarakat internasional juga telah gagal. Daripada mengkritik Indonesia atas kekurangannya, pemerintah asing seharusnya menjanjikan keahliannya dan memberikan bantuan dalam jumlah besar. Kebakaran hutan Indonesia mempunyai dampak global dengan menghilangkan keanekaragaman hayati dan menyumbangkan gasgas rumah kaca ke atmosfer (kebakaran tahun 1997 melepaskan sekitar 2,67 milyar ton karbon dioksida). Dalam area tertentu, kebakaran ini meracuni udara dan dikaitkan dengan berkurangnya hujan. Dalam kasus dimana masalah Indonesia adalah masalah dunia, masyarakat global seharusnya meningkatkan kesempatan untuk menujukan bencana kebakaran ini dengan sikap yang pintar dan terkoordinasi dengan baik.
Langganan:
Postingan (Atom)