WELCOME TO THE RAY BLOG ZONE,,

Peaceeeeee
For You ALL..
"God Bless You"

Kamis, 06 November 2008

BADAI



Badai Katrina
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Hurikan Katrina Kategori 5 Hurikan (SSHS)

Hurikan Katrina di dekat pusat hurikan pada 28 Agustus 2005
--------------------------------------------------------------------------------

Terbentuk 23 Agustus 2005
Menghilang 31 Agustus 2005
Angin
tertinggi 175 mpj (280 km/jam) (1 menit diteruskan)

Tekanan terendah 902 mbar (hPa; 26.65 inHg)
Tewas 1,836 total
Kerusakan $81.2 billion (2005 Dollar AS)
$86 billion (2007 Dollar AS)
(Garis Pantai Hurikan Atlantik dalam sejarah)
Wilayah
yang terpengaruh Bahamas, Florida Selatan, Kuba, Louisiana (khususnya Greater New Orleans), Mississippi, Alabama, Florida Panhandle, paling timur Ameria Utara
Bagian dari
Musim Hurikan Atlantik 2005
Badai Katrina (juga Topan Katrina atau Hurikan Katrina) adalah sebuah siklon tropis besar yang melanda wilayah tenggara Amerika Serikat pada 24–31 Agustus 2005 dan menyebabkan kerusakan yang besar. Lebih dari 200.000 km² (seukuran Britania Raya) wilayah tenggara AS terpengaruh badai ini, termasuk Louisiana, Mississippi, Alabama, Florida, dan Georgia.

[sunting] Kronologi
Awalnya terbentuk pada 24 Agustus 2005, Katrina mempunyai tekanan pusat minimum sebesar 918 mb, sehingga merupakan sistem bertekanan tertinggi ketiga dalam sejarah Amerika Serikat. Kerusakan yang diakibatkannya—hingga kini terhitung dapat mencapai US$200 miliar—diperkirakan menjadikannya badai Atlantik termahal dalam sejarah AS. Hurikan ini menyebabkan mati listrik yang mempengaruhi sekitar 1 juta jiwa di Louisiana, Mississippi and Alabama, dan banjir besar di wilayah New Orleans. Hingga 3 September, diperkirakan setidaknya 1289 orang telah meninggal dunia; 1029 orang secara langsung dan 260 lainnya secara tidak langsung. Jumlah ini diyakini akan terus meningkat.


[sunting] Efek bencana alam
Pemandangan kota New Orleans pada 31 Agustus 2005.Akibat bencana ini, terjadi penjarahan dan penodongan di berbagai tempat. Sekitar 25.000–60.000 warga New Orleans awalnya dievakuasi ke stadion Superdome. Saat mereka sedang dipindahkan dari Superdome ke Astrodome di Houston, Texas karena keadaan di Superdome yang sudah tidak layak ditinggali lagi, helikopter yang direncanakan membawa para warga untuk evakuasi sempat ditembaki orang-orang tak dikenal. Pemerintah Federal Amerika Serikat akhirnya mengerahkan 25.000 prajurit dan para veteran dari Irak untuk menjaga keamanan di New Orleans dan sekitarnya.

Selain itu, produksi minyak mentah AS di Teluk Meksiko juga hampir terhenti seluruhnya, sehingga harga minyak sempat mencapai rekor tertinggi pada US$70. Secara tidak langsung, mata uang Indonesia, rupiah, yang sedang berada dalam posisi lemah saat itu, juga sempat makin terpuruk akibat naiknya harga minyak ini.

Dalam meteorologi, siklon tropis (atau hurikan, angin puyuh, badai tropis, taifun, atau angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya) adalah sebuah jenis sistem tekanan udara rendah yang terbentuk secara umum di daerah tropis. Sementara angin sejenisnya bisa bersifat destruktif tinggi, siklon tropis adalah bagian penting dari sistem sirkulasi atmosfer, yang memindahkan panas dari daerah khatulistiwa menuju garis lintang yang lebih tinggi.


Hurikan Ivan dilihat dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, September 2004.
Foto: NASA (Edward Fincke).Daerah pertumbuhan siklon tropis paling subur di dunia adalah Samudra Hindia dan perairan barat Australia. Sebagaimana dijelaskan Biro Meteorologi Australia, pertumbuhan siklon di kawasan tersebut mencapai rerata 10 kali per tahun. Siklon tropis selain menghancurkan daerah yang dilewati, juga menyebabkan banjir. Australia telah mengembangkan peringatan dini untuk mengurangi tingkat risiko ancaman siklon tropis sejak era 1960-an.

[sunting] Gumpalan mesin bara
Berdasarkan strukturnya, siklon tropis adalah daerah raksasa aktivitas awan, angin, dan badai petir yang berkisar. Sumber energi primer sebuah siklon tropis adalah pelepasan panas kondensasi/pengembunan dari uap air yang mengembun pada ketinggian. Oleh sebab itu, siklon tropis bisa ditafsirkan sebagai mesin bara cacak raksasa.

Unsur-unsur dari siklon tropis meliputi kecaburan cuaca yang telah ada, samudra tropis hangat, lengas (uap lembab), dan angin ringan tinggi relatif. Jika kondisi yang tepat berkuat cukup lama, mereka dapat bertautan untuk menghasilkan angin sengit, ombak luar biasa, hujan amat deras, dan banjir berdampingan dengan fenomena ini.

Penggunaan kondensasi ini sebagai sebuah tenaga pendorong adalah furak primer yang membedakan siklon tropis dari fenomena meteorologis lainnya. Siklon garis lintang tengah, misalnya, menggambarkan energi mereka sebagian besar dari naik turunnya suhu di atmosfer yang telah ada. Dalam rangka meneruskan untuk mendorong mesin baranya, siklon tropis harus tetap di atas air hangat, yang menyajikan kelembaban atmosfer yang dibutuhkan. Penguapan lengas ini dipacu oleh angin tinggi dan tekanan atmosfer yang dikurangi yang hadir di badainya, mengakibatkan siklus berlarut-larut. Sebagai hasilnya, saat sebuah siklon tropis melewati atas daratan, kekuatannya akan menipis dengan pesat.


[sunting] Klasifikasi dan terminologi

Badai CatarinaSiklon tropis digolongkan ke dalam tiga kelompok utama: depresi tropis, badai tropis, dan kelompok ketiga yang namanya tergantung pada daerah.

Depresi tropis adalah sistem terjuntrung awan dan badai petir dengan sirkulasi dan angin berlarut maksimum permukaan terarasi kurang dari 17 meter per detik (33 knot, 38 m/j, atau 62 km/j). Ia tidak mempunyai mata, dan tidak khas dengan bentuk berpilin dari badai-badai yang lebih kuat. Ia sudah menjadi sistem tekanan rendah, namun, karenanya bernama "depresi".

Badai tropis adalah sistem terjuntrung dari badai petir kuat dengan sirkulasi dan angin berlarut maksimum permukaan terarasi di antara 17 dan 33 meter per detik (34-63 knot, 39-73 m/j, atau 62-117 km/j). Pada waktu ini, bentuk siklon tersendiri mulai terbina, walau matanya biasanya tak muncul.

Pengistilahan yang digunakan untuk mendeskripsikan siklon tropis dengan angin berlarut maksimal yang melampaui 33 meter per sekon (63 knot, 73 m/j, atau 117 km/j) bervariasi tergantung daerah asalnya, misalnya sebagai berikut:

Hurikan di Samudra Atlantik Utara, Samudra Pasifik sebelah timur batas penanggalan internasional, dan Samudra Pasifik Selatan sebelah timur 160°BT
Taifun di Samudra Pasifik Barat Daya sebelah barat garis penanggalan
Siklon tropis gawat di Samudra Pasifik Barat Daya sebelah barat 160°BT atau Samudra Hindia Timur Laut sebelah timur 90°BT
Badai siklon gawat di Samudra Hindia Utara
Siklon tropis di Samudra Hindia Barat Daya
Di tempat lain di dunia, hurikan telah dikenal sebagai Bagyo di Filipina, Chubasco di Meksiko, dan Taino di Haiti.

Bagian tengah badai siklon tropis yang disebut mata merupakan lingkaran berdiameter antara 10 hingga 100 kilometer, paling sering dilaporkan sekitar 40 meter. Kecepatan angin bagian ini lebih rendah bahkan berlangit cerah. Mata dikelilingi dinding awan padat setingi 16 kilometer dengan angin dan hujan yang hebat.


[sunting] Etimologi
Kata taifun berasal dari frasa Tionghoa tái fēng atau dalam bahasa Jepang "dai fuun"(颱風)yang berarti "angin besar". Pengejaan Indonesia juga mengusulkan hubungan dengan kata Persia, طوفان Taufân, berkaitan dengan kata Yunani, Typhon.
Kata hurikan diturunkan dari nama dewa badai pribumi Amerindian Karibia, Huracan.
Kata siklon berasal dari kata Yunani kyklos = "lingkaran", "roda."

Banjir pantai
Sebagai banjir dikaitkan dengan terjadinya badai tropis (juga disebut angin puyuh laut atau taifun). Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering makin parah akibat badai yang dipicu oleh angin kencang sepanjang pantai. Air garam membanjiri daratan akibat satu atau perpaduan dampak gelombang pasang, badai, atau tsunami (gelombang pasang). Sama seperti banjir luapan sungai, hujan lebat yang jatuh di kawasan geografis luas akan menghasilkan banjir besar di lembah-lembah pesisir yang mendekati muara sungai.


Kejadian siklon tropis atau badai
Kerusakan yang diakibatkan Badai Andrew, siklon tropis terburuk dalam sejarah Amerika Serikat.Tanda-tanda kelahiran suatu badai tropis bisa diperkirakan. Keberadaan dan pergerakannya pun bisa diamati dengan teknologi. Hanya kadang-kadang, tanda-tanda badai bisa diamati, dirasakan dan dibandingkan.

Badai Fiona: Tanggal 6 Februari 2003 badai siklon tropis Fiona berada di 300 mil lepas pantai selatan Jawa. Diperkirakan angin di pusat badai berkecepatan 104 mil per jam dan ekor badai mencapai 84 mil per jam.
Siklon Ivy tanggal 27 Februari 2004, dengan terbentuknya pusat tekanan rendah yang memusat dan memutar. Hal ini terjadi di Samudra Pasifik di sebelah tenggara Papua dan di Samudra Hindia dekat Australia. Siklon di Samudra Pasifik ini dinamakan Tropical Cyclone Ivy dan di sebelah Barat Australia dinamakan Tropical Cyclone Monty. Pengaruh Siklon Ivy saat itu lebih dominan, ia menarik awan-awan yang ada di Indonesia ke arah pusat siklon (sebelah tenggara Papua). Akibatnya sebagian besar wilayah Indonesia berpeluang cerah hingga berawan sejenak setelah sebelumnya dilanda hujan berhari-hari. Hanya wilayah Papua yang berpeluang kuat hujan lebat karena lebih dekat dengan pusat siklon Ivy.
Badai siklon tropis Fay di laut Timor tanggal 17 Maret 2004 pukul 9:30 waktu setempat, bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan gerak 6 kilometer per jam. Publikasi semacam ini terus diperbaharui dan diwartakan badan meteorologi Indonesia dan Australia sebagai peringatan awal pada penduduknya. Harian KOMPAS pada hari yang sama memperingatkan adanya gelombang 1,5 hingga 2,5 meter di Samudra Hindia yang berbahaya bagi kapal-kapal nelayan, tongkang dan feri.
Ancaman badai yang menimpa Yogyakarta baru-baru ini. Badai ini mengancam kawasan pantai selatan Yogyakarta, antara tanggal 9 Februari sampai 11 Februari 2005. Pemprov menyediakan 5 unit alarm dan posko-posko sebagai antisipasi dari badai yang akhirnya tidak kunjung datang ini. Siklon tropis di Selatan Indonesia ini, selalu muncul setiap tahun pada Januari-Maret. Penyebabnya adalah tingginya suhu muka laut di timur laut Australia. Wilayah Indonesia tak dilalui pusat badai tropis, hanya terkena imbas dari ekor badai tersebut. Imbasnya berupa angin kencang, hujan deras, dan tingginya gelombang laut. Pemunculan siklon diawali pusat tekanan rendah di barat laut Australia dan bergerak menuju barat daya. Efek yang biasa diterima pantai selatan Indonesia biasaya pengaruh dari ekor siklon, bukan akibat pusat badai tropis.


El Nino dan La Nina

El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005). Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun..




El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar di bawah)




Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya




Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina


El Nino adalah kondisi abnormal iklim dengan suhu permukaan Samudera Pasifik di pantai Barat Ekuador dan Peru lebih tinggi dari rata-rata normalnya.

Awalnya, istilah El Nino digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang terkadang mengalir dari utara ke selatan antara pelabuhan Paita dan Pacasmayo di daerah Peru setiap pengujung tahun.

Kejadian itu kemudian makin sering muncul, yaitu setiap 3-7 tahun dan bisa mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari setahun.

Selama beberapa dasawarsa, kalangan peneliti iklim bertanya-tanya apakah El Nino telah membantu tim yang melakukan perjalanan keliling dunia pertama kali sekitar 500 tahun lalu?

Jika benar begitu, besar kemungkinan El Nino pertama kali muncul pada kurun 1519-1520 atau bahkan pada 1518.

Awalnya adalah ketika pengeliling dunia Ferdinand Magellan menemukan cuaca yang bersahabat pada 28 November 1520 setelah berhari-hari berjuang melalui perairan ganas di bagian selatan Amerika Latin.

Dari sana Magellan menyeberang melintasi Lautan Pasifik. Nah, ketika memasuki Lautan Pasifik itulah ia menemukan cuaca yang lebih bersahabat. Dari sini para ilmuwan berspekulasi bahwa Maggelan telah dibantu El Nino.

Ketika El Nino terjadi, perairan di Pasifik Ekuatorial menjadi lebih hangat, membuat permukaan air meningkat yang kemudian mengubah pola angin dan cuaca. Dampaknya bisa menjalar ke seluruh dunia, termasuk kekeringan di Pasifik barat, lebih banyak hujan di Peru dan di pantai barat Amerika Latin.

Dari kejadian-kejadian itu bisa disimpulkan bahwa El Nino kemungkinan terjadi pada 1519 dan 1520.

Setelah melintasi selat yang kemudian diberi nama sesuai nama pengeliling dunia itu, Magellan berlayar ke arah utara di sepanjang pantai Amerika Latin dan berbalik ke arah baratlaut, melintasi ekuator dan tiba di Filipina.

Di Filipina itulah Magellan harus menyerahkan nyawanya setelah terlibat konflik dengan penduduk setempat.

Magellan sebenarnya ingin mencari kepulauan rempah-rempah yang kini masuk dalam wilayah Indonesia dan cuaca saat itu mengarahkan kapalnya ke arah utara dari wilayah yang dituju.

Jadi, kemungkinan besar rute yang dijalani Maggelan itu ‘dibimbing’ kondisi cuaca yang bersahabat dan angin yang tak terlalu kencang selama terjadi El Nino. Begitu menurut ahli antropologi Scott M. Fitzpatrick dari North Carolina State University dan Richard Callaghan dari University of Calgary, Kanada.

Sebenarnya, kedua ilmuwan itu tengah meneliti perjalanan keliling dunia Magellan yang ternyata kapalnya terus mengarah ke utara.

"Kami sebelumnya tidak mempertimbangkan El Nino. Tapi, ketika kami mencoba meneliti mengapa angin begitu tenang saat ia (Magellan) memasuki Pasifik, sejak itulah kami menilai ada sesuatu yang tak biasa,” kata Fitzpatrick.

Kedua peniliti itu juga menggunakan komputer untuk menggambarkan kondisi angin dan cuaca di sepanjang Pasifik selama terjadi El Nino dan kemudian dibandingkan dengan rute yang diambil Magellan.

Dalam catatan disebutkan juga bahwa banyak awak kapal Magellan yang sakit atau meninggal sehingga ia memilih berlayar dengan mengandalkan angin dan arus laut karena tak banyak awak yang bisa bertugas saat itu.

Data penunjang lainnya menunjukkan, saat pelayaran keliling dunia itu terjadi El Nino adalah catatan Magellan yang menyebutkan bahwa ia memilih jalur utara karena ada laporan tentang kelaparan di kepulauan rempah-rempah. Bisa saja ini benar. Sebab, El Nino kerap menimbulkan kekeringan di kawasan itu.

Jadi, meski alasan pasti mengapa Magellan memilih jalur ke utara itu belum jelas, kondisi El Nino bisa disimpulkan sebagai penyebab pemilihan jalur pelayaran keliling dunia itu. Dan, perjalanan keliling dunia itu telah menunjukkan rekaman paling awal terjadinya fenomena alam yang bernama El Nino. [I3]

Tidak ada komentar: